KUBAR – Pemerintah Kabupaten Kutai Barat melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) menggelar Rapat Koordinasi Penurunan Stunting melalui Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), Rabu (16/7/2025) di Auditorium ATJ, Komplek Perkantoran Pemkab Kutai Barat.
Kegiatan ini dihadiri Ketua DPRD Kutai Barat Ridwai, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur Nurizky Permanajati, jajaran penyuluh KB se-Kutai Barat, perwakilan perusahaan/swasta, serta organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
Gerakan GENTING merupakan inovasi yang melibatkan peran masyarakat luas, termasuk sektor swasta, sebagai orang tua asuh bagi keluarga berisiko stunting. Dukungan yang diberikan tidak hanya bersifat nutrisi, tetapi juga non-nutrisi seperti edukasi dan pemantauan tumbuh kembang anak.
Kepala DP2KBP3A Kutai Barat, Sukwanto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan utama rakor ini adalah meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap stunting.
“Kami berharap peran orang tua asuh tidak hanya memberikan makanan bergizi, tetapi juga informasi, edukasi, dukungan psikologis, serta melakukan pemantauan tumbuh kembang anak, imunisasi, dan pemeriksaan kesehatan secara rutin,” tegas Sukwanto.
Wakil Bupati Kutai Barat, H. Nanang Adriani, menyatakan bahwa stunting masih menjadi persoalan serius, tidak hanya secara nasional tetapi juga di daerah.
“Stunting merupakan isu nasional yang butuh perhatian serius dengan pendekatan multisektoral. Diperlukan sinergi dan kolaborasi dari semua pihak, termasuk sektor swasta, dalam percepatan penurunan angka stunting,” ujar Nanang.
Ia menyampaikan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang menunjukkan tren peningkatan angka stunting di Kutai Barat. Pada 2021 sebesar 15,8 persen, meningkat menjadi 23,1 persen (2022), 22 persen (2023), dan kembali naik menjadi 27,6 persen pada 2024. Angka ini menjadikan Kutai Barat sebagai kabupaten dengan angka stunting tertinggi kedua di Kalimantan Timur, setelah Penajam Paser Utara.
“Data 2024 menunjukkan ada 4.512 keluarga berisiko stunting di Kutai Barat. Ini menjadi alarm bagi kita semua untuk bergerak cepat dan bersama-sama. Saya harapkan gerakan GENTING dapat menjadi wadah sinergi antara pemerintah dan pihak swasta dalam pembangunan berkelanjutan dan upaya konvergensi penanganan stunting,” tambahnya.
Melalui rakor ini, pemerintah berharap tercipta komitmen bersama dalam membangun generasi sehat, kuat, dan bebas stunting di Kutai Barat.
Pewarta: Ichal
Editor: Agus S