KUTAI BARAT – Ruas jalan jalur dua di depan Tugu Jam Thomas-Didik hingga simpang Mentiwan, Kelurahan Melak Ulu, mengalami kerusakan parah. Kondisi ini disebabkan oleh aktivitas truk angkutan crude palm oil (CPO) yang melebihi kapasitas muatan.
Jalan nasional di Kabupaten Kutai Barat (Kubar), yang merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Timur, masih berstatus kelas tiga dan hanya diperuntukkan bagi kendaraan dengan muatan maksimal 8 ton. Jalan nasional ini menghubungkan kawasan Mentiwan, Kelurahan Melak Ulu, Kecamatan Melak, dengan sejumlah kampung seperti Sekolaq Mulia, Serimulyo, Sekolaq Joleq, Sumber Bangun di Kecamatan Sekolaq Darat, hingga Kampung Sumber Sari di Kecamatan Barong Tongkok.
Menurut pantauan di lapangan, para pengendara, khususnya sepeda motor, harus ekstra hati-hati menghindari sejumlah titik kerusakan yang cukup parah. Kondisi ini tidak hanya membahayakan keselamatan pengguna jalan, tetapi juga mengganggu kelancaran lalu lintas di jalur yang memiliki aktivitas kendaraan cukup padat setiap harinya.
Herman, salah seorang warga Mentiwan, mengaku harus waspada saat melintas di jalan tersebut. Ia bahkan pernah terjatuh akibat tergelincir saat melintasi aspal yang berlubang dan bergelombang.
“Kondisi jalan nasional ini bergelombang, berlubang, dan saat hujan disertai genangan air. Sementara saat musim panas, debunya sangat mengganggu,” ujar Herman kepada media ini, Minggu (26/1/2025).
Ia menambahkan, jalur tersebut juga pernah menjadi lokasi kecelakaan. “Tahun 2024 lalu, di jalur dua dari arah Jam Thomas-Didik menuju Mentiwan, pernah terjadi tabrakan antara sepeda motor dengan bus jemputan karyawan tambang. Pengendara motor saat itu mencoba menghindari jalan yang rusak hingga akhirnya terjadi tabrakan,” jelas Herman.
Meskipun belum ada korban jiwa, kecelakaan ringan hingga parah kerap dialami pengguna jalan, terutama pengendara sepeda motor. Menurut Herman, kerusakan jalan ini sudah terjadi sejak lama.
“Kalau tidak salah, kerusakan ini mulai terjadi sejak jalur ini dilintasi truk angkutan CPO dan truk pengangkut koridor. Sekarang truk koridor sudah tidak ada, tetapi truk CPO masih terus melintas,” lanjutnya.
Herman mengkhawatirkan, jika jalan ini tidak segera diperbaiki, kondisinya akan semakin parah, terutama saat musim hujan. “Kalau hujan, lubang-lubang di jalan ini tertutup air, jadi tidak kelihatan dan sangat berbahaya bagi pengendara,” terangnya.
Namun, ia mengapresiasi adanya pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU) oleh pemerintah daerah. “Sekarang sudah mendingan sejak ada lampu jalan. Kalau dulu gelap gulita, tidak ada penerangan sama sekali,” tutup Herman.
Pewarta: Ichal
Editor: Agus Susanto