SAATÂ terakhir kali saya ke IKN, Mei 2025 lalu, pandangan saya tertuju pada lokasi yang digadang-gadang akan menjadi Masjid Nusantara. Waktu itu saya belum melihat tanda-tanda kemajuan berarti. Kubah masih berupa rangka, jalan menuju lokasi becek, dan aktivitas di lapangan terlihat lambat.
Namun setelah beberapa bulan kemudian, laporan dari Rizki Maulana, Kepala Biro Media Kaltim di IKN, memberi gambaran berbeda. Ia bercerita fasad masjid kini sudah menjulang, kubah sorban semakin rapat ditutup galvalum, dan jalan rigid beton sudah menghubungkan lokasi dengan Sumbu Kebangsaan. âSekarang progresnya lebih cepat. Alat berat dan material bisa keluar-masuk tanpa hambatan,â kata Rizki.
Perubahan itu menandakan pembangunan Masjid Nusantara benar-benar dipacu. Peletakan batu pertama proyek ini sudah dilakukan pada Januari 2024 di era Presiden Joko Widodo. Targetnya semula untuk Salat Idulfitri 2025, tetapi kemudian direvisi. âAwalnya kan untuk salat Idulfitri 2025 lalu. Ya. Tapi belum selesai. Kemudian ada revisi. Tahun 2026 insya Allah sudah bisa dipakai,â ujar Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono kepada Media Kaltim.
Dengan kapasitas 61 ribu jamaah, menara setinggi 99 meter, dan rancangan hijau dari Nyoman Nuarta bersama Prasetyo Condro Gumilar, masjid ini akan masuk jajaran terbesar di Indonesia.

Kalau kita melihat ke belakang, masjid-masjid besar selalu hadir di momen penting bangsa. Masjid Istiqlal Jakarta mampu menampung 200 ribu jamaah, menjadi simbol kemerdekaan sekaligus toleransi. Masjid Al-Akbar Surabaya dengan kubah toskanya bisa menampung hampir 60 ribu jamaah. Islamic Center Samarinda berdiri megah di tepi Mahakam dengan kapasitas 40 ribu lebih jamaah, lama menjadi kebanggaan Kaltim. Lalu ada Masjid Agung Jawa Tengah dengan payung raksasanya, Masjid Raya Al-Jabbar Bandung dengan konsep terapung, hingga Baiturrahman Aceh yang jadi saksi ketangguhan umat menghadapi tsunami. Semua itu membuktikan bahwa masjid tidak pernah berdiri semata-mata sebagai tempat ibadah, melainkan juga bagian dari sejarah dan peradaban bangsa.
Masjid Nusantara di IKN hadir untuk meneruskan tradisi tersebut. Masjid ini bukan hanya rumah ibadah, tetapi juga identitas ibu kota baru yang menempatkan nilai spiritual di pusat perencanaannya. âIKN adalah masa depan Indonesia. Kita membangunnya sebagai kota dunia yang tetap berpijak pada nilai spiritual dan budaya bangsa. Masjid Nusantara adalah salah satu pilar penting dari visi itu,â ucap Presiden Prabowo Subianto.
Komitmen itu juga tercermin dari kelanjutan anggaran pembangunan IKN. Fase II senilai Rp48,8 triliun tetap dijalankan meski fiskal nasional tengah diperketat. Tahun 2025 ini menjadi fase akselerasi. Proyek jalan KIPP senilai Rp3,4 triliun sudah berjalan, kawasan legislatif dan yudikatif mulai dikerjakan, dan Bandara Internasional Nusantara yang diresmikan tahun lalu ditargetkan melayani penerbangan komersial pada 2026.
Dari laporan Rizki, pembangunan juga menyentuh sektor pendidikan. SDN 020 Sepaku sudah direvitalisasi menjadi sekolah modern bebas banjir, dengan desain bernuansa budaya Dayak. Semua ini menunjukkan bahwa pembangunan IKN bergerak menyeluruhâdari masjid, jalan, sekolah, hingga bandara.
Suatu saat, ketika azan pertama berkumandang dari menara 99 meter Masjid Nusantara, itu bukan sekadar tanda selesainya bangunan masjid. Itu akan menjadi awal lahirnya pusat peradaban baru. Seperti takbir di Istiqlal, doa di Samarinda, dan lantunan di Baiturrahman, Indonesia kembali menunjukkan jati dirinya: bangsa besar yang melangkah ke depan tanpa meninggalkan akar spiritualnya. (*)
Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.
Pemimpin Redaksi Media Kaltim