spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lautan Manusia di Bontang City Carnival

BEBERAPA kali gelaran Bontang City Carnival (BCC) saya memang tidak pernah menyaksikan langsung. Biasanya hanya menonton lewat siaran langsung atau video kiriman wartawan MediaKaltim.com. Tapi Sabtu malam (25/10/2025) berbeda. Saya sudah berniat menonton. Ingin melihat langsung bagaimana suasana BCC yang tahun ini digelar malam hari, setelah beberapa edisi terakhir berlangsung pagi hari.

Saya dan istri memilih naik motor. Pertimbangannya, akses menuju lokasi pasti padat. Saya menempuh jalur dari Jalan Imam Bonjol, berbelok ke Jalan Tennis, melintasi Jalan Polo Air, dan masuk ke Jalan Jet Ski I, tepat di samping Bank Dhanarta. Begitu keluar dari jalur itu, langsung tersambung dengan Jalan Ahmad Yani, jantung pelaksanaan BCC 2025.

Tepat pukul 19.00 Wita saya berangkat. Dugaan saya benar. Kendaraan sudah mulai merayap menuju arah yang sama. Sesampainya di mulut gang Jet Ski, motor-motor sudah berderet rapat. Saya masih beruntung mendapat sedikit ruang untuk parkir. Dari sana, saya berjalan kaki menembus kerumunan yang makin padat.

Waerga memadati sepanjang Jalan Ahmad Yani menyaksikan Bontang City Carnival 2025. Foto: Agus S
Di depan Ramayana, ribuan warga tumpah ruah menikmati suasana malam Bontang City Carnival 2025. Foto: Agus S

Di sepanjang Jalan Ahmad Yani, ribuan warga sudah berdiri di kiri-kanan jalan. Pedagang kaki lima memenuhi trotoar. Aroma jagung bakar bercampur dengan kopi sachet dan sate yang terbakar angin malam. Lampu tenda berkelip, anak-anak berlarian membawa balon LED, sementara orang dewasa sibuk mengabadikan momen dengan ponsel mereka.

Belum ada tanda-tanda rombongan peserta bergerak. Panggung utama di depan Dealer Honda masih dalam persiapan. Lampu sorot menembus langit malam, sementara panitia tampak sibuk di area VIP.

Baca Juga:   Tanah Amblas di BSD: Respons Cepat DPRD dan Wali Kota, Jangan Tunda Lagi Perbaikan

Saya sempat mendekat ke panggung, berharap acara segera dimulai, tapi waktu terus bergulir hingga pukul 20.00 belum juga ada tanda-tanda pembukaan. Akhirnya saya memutuskan kembali ke arah semula. Dan itu bukan keputusan mudah.

Arus manusia sudah terlalu padat. Mereka berjalan berlawanan arah. Sebagian menggendong anak, sebagian membawa kursi lipat. Saya menuntun motor perlahan di antara lautan orang yang terus berdatangan. Dari wajah-wajah yang saya lihat, semuanya menampakkan antusiasme. Ada yang datang berkelompok, ada pula yang berjalan santai sambil tertawa dan merekam video. Bontang malam itu benar-benar hidup.

Namun rasa penasaran belum reda. Saya mencari jalur alternatif menuju area start di sekitar Jalan MH Thamrin. Di sana suasana lebih dinamis. Para peserta tengah bersiap dengan kostum berwarna-warni dan bentuk yang luar biasa detailnya.

Peserta dengan kostum sayap biru berhiaskan lampu tampil anggun di pawai malam Bontang City Carnival. Foto: Agus S
Barisan SDN 008 Bontang Utara membawa spanduk bertema budaya di pawai Bontang City Carnival. Foto: Agus S

Ratusan peserta dari berbagai instansi, komunitas, dan sekolah sudah berbaris rapi menunggu giliran tampil. Kostum yang dikenakan bukan sekadar pakaian karnaval, tapi hasil kreativitas luar biasa yang memadukan unsur tradisional, etnik, dan modern.

Kerukunan Keluarga Madura (KKM) tampil memukau dengan kendaraan hias berbentuk naga besar bercahaya merah keemasan. Kepala naga bermata merah menyala melambangkan keberanian, dihiasi ornamen khas Madura dan bendera merah putih di puncak. Peserta KKM mengenakan pakaian bergaris hitam putih, berjalan kompak mengiringi naga yang menembus malam dengan sinar lampu LED.

Baca Juga:   Unmul, Molotov, dan Pertaruhan Marwah Mahasiswa

Di sisi lain, peserta lain mengenakan kostum biru muda dengan sayap lebar menyerupai bulu merak, dihiasi lampu-lampu kecil yang berpendar indah di bawah cahaya jalan.

Tak jauh dari situ, barisan SD Negeri 004 Bontang Utara menyiapkan spanduk bertuliskan “Beraksi dan Berinovasi Mencipta Karya Indah dengan Ecoprint.” Mereka mengenakan kostum bernuansa hijau dengan hiasan bunga dan topi lebar dari jerami. Sederhana, tapi sarat pesan lingkungan.

Saya hanya sekitar satu jam di lokasi ini, sebelum akhirnya memilih pulang dan melanjutkan menonton lewat siaran langsung Diskominfo Bontang di YouTube. Dari layar ponsel, saya melihat panggung utama yang sempat saya hampiri sebelumnya kini sudah dipenuhi sorotan kamera.

Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, tampil anggun mengenakan busana adat Aceh berwarna merah maron lengkap dengan mahkota khas. Di belakangnya, para pejabat daerah juga mengenakan pakaian adat dari berbagai suku Nusantara. Ada yang berselendang khas Kutai, ada pula yang memakai songkok Mandar berwarna perak.

Tepat pukul 20.45 Wita, Bontang City Carnival 2025 resmi dimulai. Sorak penonton pecah ketika rombongan pertama melintas di depan panggung kehormatan. Jalan Ahmad Yani berubah menjadi lautan cahaya dan warna.

Meski hujan deras sempat mengguyur, semangat para peserta tidak surut. Mereka tetap tampil memukau dengan kostum megah di sepanjang rute karnaval, bahkan hingga dini hari.

Baca Juga:   Warga Layangkan Surat Terbuka, Tolak Penutupan Jalan untuk Car Free Night

Pantauan wartawan MediaKaltim.com di lapangan, acara berlangsung hingga pukul 02.00 Wita, Minggu (26/10/2025), ditutup oleh peserta dari Kerukunan Keluarga Maumere Bontang. Total peserta pawai dan karnaval tahun ini mencapai 107 grup, mulai dari OPD, sekolah, komunitas, hingga paguyuban lintas etnis.

Salah satu warga, Anggi, mengaku senang dengan pelaksanaan malam hari. “Kalau malam begini, penonton lebih semangat. Tapi panggung utamanya agak sempit, kayaknya lebih enak kalau di Simpang Ramayana lagi, dan malam juga,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, yang turut hadir malam itu, menilai keberagaman budaya di Bontang adalah kekuatan yang harus dijaga dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Ia menyebut BCC sebagai ajang strategis untuk mendorong pariwisata dan ekonomi daerah. “Paling utama menumbuhkan UMKM. Pemprov Kaltim berkomitmen mendorong pengembangan sektor budaya dan pariwisata,” kata Rudy.

Ia juga mengajak masyarakat bergotong-royong membangun daerah melalui kegiatan yang produktif dan inklusif. “Kami sadar, dengan infrastruktur yang baik dan partisipasi masyarakat, pertumbuhan ekonomi akan semakin membaik,” ujarnya.

Menutup malam panjang itu, gerimis perlahan reda. Namun warga belum beranjak. Jalan Ahmad Yani tetap ramai hingga menjelang dini hari.

Bontang City Carnival 2025 berakhir dengan sukses. Warga pulang membawa kesan dan kebanggaan, bahwa kotanya punya semangat dan kekompakan yang luar biasa. (*)

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.

BERITA POPULER