SAYA kembali ikut dalam turnamen golf di Bontang, Sabtu (29/11/2025). Pagi itu udara masih lembap, rumput basah, dan lapangan PKT Golf Bontang tampak jauh lebih hidup dari biasanya.
Restorasi Golf Tournament 2025 ini diinisiasi oleh Muhammad Sahib, Anggota DPRD Kota Bontang dari Partai NasDem, yang belakangan sangat aktif menggerakkan kegiatan olahraga. Acara ini ia kemas sederhana, tanpa protokoler berlebihan, namun tetap terasa akrab dan meriah.
Sejak saya tiba, wajah-wajah yang sudah familiar langsung terlihat. Dari unsur legislatif, hadir Alvin Rausan Fikri, Bonnie Sukardi, dan Joni Ala Padang. Tiga legislator yang kini makin rajin turun ke lapangan. Mereka tidak hanya datang sebagai peserta, tetapi ikut meramaikan atmosfer olahraga yang semakin tumbuh kuat di Kota Bontang.
Para golfer yang sudah sangat akrab juga hadir. Ada Ketua Badak Golf Bontang, Nasrul; kemudian Ravi Abdullah—putra dari golfer profesional (alm) Bakrie Makmur—yang permainannya semakin matang; Budi Nanang dengan pukulannya yang rapi; Didik S yang selalu stabil; hingga Hasanuddin (HDC 1) yang hampir tak pernah lepas podium. Hadir juga Reza Zakarias, Meggi, Firman Mori, dr. Badi, serta Lurah Loktuan Supriadi yang kini semakin sering ikut turnamen.

Saat berdiri di tee box, sisa gerimis pagi masih terasa. Tenangnya lapangan membuat kepala ikut menundukkan ego. Golf memang punya caranya sendiri meredam ambisi. Setiap pukulan adalah jeda, setiap kesalahan adalah pengingat untuk kembali sabar.
Di sepanjang fairway, saya mendengar tawa dari flight sebelah, teriakan kecil ketika bola jatuh tepat di green, dan komentar spontan setiap kali ada pukulan melenceng. Kebersamaan terasa alami.
Menjelang siang, pertandingan berjalan semakin hidup. Hasilnya: Anto tampil impresif dengan Close to the Sponsor dan dua Longest Drive. Pada kategori nearest, Mangara, Alamsyah Bakri, Antho, dan Didik S menguasai masing-masing hole. Di kelas Ladies, Herawanti menjadi juara pertama, disusul Bintang dan Dewi.
Di Flight C, Meggi meraih juara pertama, diikuti Agus Susanto (Mucin) di posisi kedua, dan Firman Mori di posisi ketiga. Perlu saya luruskan, di turnamen ini ada dua peserta bernama “Agus Susanto”. Jadi, Agus Susanto yang meraih juara kedua ini bukan saya—meski nama kami sama dan sering membuat panitia kebingungan saat pemanggilan doorprize.
Flight B dimenangkan Ramli, disusul Rahman Setiawan dan Partono. Flight A diambil Jumri Masarrang, diikuti Buhari Muslim dan Muchlis.



Gelar Best Gross diraih Hasanuddin dengan skor 74, sementara Best Net jatuh kepada Ravi Abdullah dengan nett 70.
Pada sesi penutupan, Sahib menekankan bahwa golf harus mendapat perhatian yang sama seperti cabang olahraga lain. Menurutnya, komunitas golf Bontang adalah kumpulan orang-orang yang disiplin, pekerja keras, dan pantas mendapat ruang berkembang. Ia berterima kasih kepada peserta, sponsor, dan panitia, sambil menjanjikan bahwa tahun depan turnamen ini akan dibuat lebih meriah.
Ketua KONI Kota Bontang, Jamaluddin, juga memberikan apresiasi besar kepada komunitas golfer. Ia menyampaikan bahwa banyak atlet muda Bontang yang berprestasi tetapi masih minim dukungan anggaran, dan berharap DPRD bisa ikut memperkuat pembinaan menuju event besar tingkat provinsi. Ia juga mengingatkan bahwa prestasi tidak lahir dari seremoni, tetapi dari kerja nyata.


Dari DPRD, Bonnie Sukardi turut memberi sambutan. Ia menegaskan bahwa golf Bontang tidak pernah kekurangan talenta, yang kurang justru fasilitas dan dukungan. Ia memastikan kegiatan seperti ini akan terus didukung, bahkan ada rencana Wali Kota Cup tahun depan. Ia juga memberi selamat kepada seluruh juara dan peserta, serta berharap turnamen seperti ini bisa digelar rutin.
Perwakilan Dispoparekraf Kota Bontang menutup kegiatan dengan pesan bahwa olahraga adalah soal silaturahmi, kesehatan, dan kebersamaan. Dispoparekraf siap mendukung setiap kegiatan komunitas sepanjang ada kerja sama yang baik antara pemerintah dan pelaku olahraga.
Ketika acara selesai, wajah-wajah lelah tapi puas terlihat. Ada yang membawa hadiah, hingga membawa cerita pukulan terbaiknya hari itu. Turnamen ini kembali menunjukkan bahwa golf di Bontang tumbuh karena kebersamaan dan konsistensi para pemainnya.
Restorasi Golf Tournament 2025 bukan sekadar kompetisi, tetapi ajang berkumpul dan bersilaturahmi. Jika Sahib menggelarnya lagi tahun depan, saya yakin pesertanya akan lebih banyak. (*)
Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.





