spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dari Sawah Kepuh Karawang hingga Laut Songkhla Thailand: Elnusa Buktikan Eksplorasi Berkelanjutan

SAYA teringat saat membaca pemberitaan Elnusa mengenai Survei Seismik 3D di Kepuh, Karawang. Dari balik angka dan istilah teknis yang dibeberkan, saya menangkap sesuatu yang lebih besar. Bukan sekadar proyek eksplorasi migas. Ada tekad Pertamina melalui Subholding Upstream Regional Jawa dan PT Elnusa Tbk untuk menata ulang wajah eksplorasi. Tetap agresif mencari cadangan energi baru, namun dilakukan dengan cara yang lebih ramah lingkungan, efisien, dan aman.

Survei yang membentang di 131 desa seluas 501 kilometer persegi itu jelas bukan lahan kosong. Ada pemukiman padat, sawah yang menghidupi petani, dan tambak yang menopang ekonomi warga. Tantangannya, bagaimana kegiatan eksplorasi bisa berjalan tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan dan kenyamanan sosial masyarakat.

Teknologi baru menjadi jawabannya. Pertamina memperkenalkan autonomous node 5Hz dan vibroseis. Terobosan pertama di Indonesia. Tanpa kabel, tanpa limbah B3, dan minim gangguan. Metode ini menandai cara baru dalam survei seismik. Lebih sederhana, lebih aman, dan lebih berkelanjutan.

Hasilnya terbukti. Program akuisisi yang semula ditargetkan selesai April 2024 bisa rampung lebih cepat, Maret 2024. Biaya lebih efisien 5–10 persen dari AFE. Sebanyak 25.356 titik perekaman berhasil dieksekusi. Semuanya tanpa kecelakaan kerja. Capaian ini sering terabaikan, padahal justru menjadi tolok ukur kualitas operasional.

Baca Juga:   Turun ke Pesisir, Aulia–Rendi Sikat Pungli dan Tuntaskan Blankspot

Menurut Pertamina, survei di Kepuh ditujukan untuk menggali potensi migas di Lower Cibulakan dan Jatibarang. Namun, proyek ini juga menjadi bukti bahwa eksplorasi energi bisa dilakukan dengan cara yang berkelanjutan. Energi memang tetap dibutuhkan, tetapi cara mencarinya kini harus lebih ramah lingkungan, lebih efisien, dan tetap menjamin keselamatan manusia maupun alam sekitarnya.

Kepuh bukan hanya keberhasilan teknis, tapi juga gambaran penting bagi kebijakan energi nasional. Di tengah dorongan menuju energi terbarukan, eksplorasi migas tetap dibutuhkan sebagai penopang utama. Hanya saja harus dijalankan dengan lebih peduli pada lingkungan dan aspek sosial.

Kiprah Elnusa pun tidak berhenti di Karawang. Lewat anak usahanya, PT Elnusa Trans Samudera (ETSA), perusahaan ini menorehkan jejak internasional dengan mendukung Survei Seismik 3D di perairan Songkhla, Thailand. ETSA dipercaya menyediakan armada kapal pendukung bagi klien internasional. Dengan tim profesional berpengalaman, Elnusa menunjukkan kemampuannya menghadirkan solusi maritim energi yang aman, efisien, dan berkelanjutan.

Direktur Utama Elnusa, Bachtiar Soeria Atmadja, menegaskan bahwa keberhasilan di Thailand adalah bagian dari strategi memperluas portofolio sekaligus mengibarkan bendera Indonesia di panggung internasional. Direktur ETSA, Kurniawati Adjie, menambahkan bahwa ekspansi ini menunjukkan kemampuan anak bangsa bersaing dalam industri energi global.

Baca Juga:   Rumah Sahroni, Eko Patrio, Uya Kuya, dan Sri Mulyani Dijarah: Protes yang Menyimpang Jadi Anarki

Keberhasilan di Thailand memperlihatkan bagaimana Elnusa Group membangun kerja sama lintas negara, memberi manfaat bagi klien internasional, sekaligus memperkuat daya saing Indonesia. Dengan semangat Zero Harm, Full Performance & Sustainability, Elnusa meneguhkan diri sebagai pionir jasa energi yang diakui, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di kawasan regional.

Dari Kepuh Karawang sampai Songkhla Thailand, kiprah Elnusa menunjukkan bahwa energi bukan hanya soal cadangan yang digali, juga soal kemampuan bangsa mengelola, melindungi, dan memperluas perannya. Di situlah masa depan energi Indonesia dibangun, dengan inovasi, keberanian, dan komitmen pada keberlanjutan. (*)

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.
*) 
Tulisan ini bersumber dari rilis resmi Elnusa dan catatan penulis.

BERITA POPULER