spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dari Bawaslu Balikpapan, Belajar Pentingnya Narasi yang Jelas

SUDAH cukup lama saya tidak menjadi narasumber di lingkungan Bawaslu. Terakhir, saya diminta Bawaslu Kutai Barat pada 2024 lalu. Dulu, kegiatan peningkatan kapasitas seperti bimtek, workshop, pembekalan, hingga diskusi tematik rutin digelar karena anggaran tersedia. Namun pasca Pilkada dan Pemilu 2024, ruang untuk program semacam itu nyaris tidak ada. Bawaslu dituntut berinovasi, bahkan kerap tanpa biaya.

Karena itu, saat Anggota Bawaslu Balikpapan Hamrin meminta saya mengisi kegiatan Peningkatan Kapasitas Internal Bawaslu Kota Balikpapan bertema “Meningkatkan Kompetensi Menulis Narasi yang Baik dan Mudah Dipahami”, saya langsung memahami situasinya.

Kegiatan ini digelar Jumat, 22 Agustus 2025, secara daring melalui Zoom. Saya menerimanya tanpa ragu, sesuai kapasitas saya di bidang jurnalistik dan pengalaman sejak menjadi Ketua Panwaslu Bontang 2015–2017 hingga Anggota Bawaslu Bontang 2018–2023.

Peserta Zoom Meeting peningkatan kapasitas Bawaslu Balikpapan tampak serius menyimak materi.
Tampilan slide materi struktur penulisan berita dalam pelatihan peningkatan kapasitas Bawaslu Balikpapan.

Seluruh pimpinan hadir. Ketua Wasanti bersama anggota Hamrin, Dedi Irawan, Agus Sudirman, dan Ahmadi Azis. Hampir semua staf juga ikut serta. Diskusi berlangsung cair. Hamrin dan Dedi cukup aktif, disusul beberapa staf. Suasana Zoom terasa akrab; sebagian peserta sibuk mencatat, sementara yang lain mengacungkan tangan virtual untuk bertanya. Materi tentang struktur berita—judul, lead, dan isi—menjadi bahan diskusi.

Baca Juga:   Pahitnya Menang Lelang Negara (3): Kronologi Lelang dan Bukti yang Berbicara

Dedi menyinggung soal bagaimana informasi resmi Bawaslu bisa menjadi rujukan publik. Saya jelaskan, website lembaga berbeda dengan media massa. Lembaga menyajikan data dan laporan resmi, sementara media mengolahnya lebih luas. Tantangannya adalah bagaimana rilis Bawaslu disajikan tetap komunikatif, menarik, dan mengundang klik. Dengan kemasan yang tepat—grafis, infografis, dan narasi sederhana—website Bawaslu bisa dipercaya sebagai sumber utama, bukan sekadar arsip.

Suasana keakraban para pimpinan dan staf Bawaslu Balikpapan dalam pelatihan menulis narasi secara virtual.
Poster kegiatan peningkatan kapasitas Bawaslu Balikpapan dengan narasumber Agus Susanto dan moderator Ambar Trisnaputra.

Saya menegaskan tiga hal penting. Narasi harus lugas dan menjawab 5W+1H sejak awal; rilis akurat dan berimbang sesuai UU Pers; serta bahasa publikasi mudah dipahami masyarakat. Publikasi adalah wajah lembaga. Jika singkat, padat, dan menarik, publik akan percaya Bawaslu bekerja transparan dan akuntabel.

Saya juga menyinggung penggunaan teknologi. AI bisa membantu menyusun draf cepat, tetapi sentuhan manusia tetap mutlak. Semua konten harus diverifikasi agar kepercayaan publik tidak terkikis.

Dari diskusi itu, saya melihat semangat belajar tetap tinggi. Meski anggaran terbatas, pimpinan dan staf Bawaslu Balikpapan terus berupaya meningkatkan kapasitas. Selama narasi dijaga dengan baik, kepercayaan publik kepada Bawaslu akan tetap terpelihara. (*)

Baca Juga:   Wajah Baru Pasar Pagi: Modern, Bersih, dan Dinanti Warga Samarinda

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.

BERITA POPULER