spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ketika Merah Putih Berkibar di Pedalaman Mului (2/2): Pertamina Hadirkan Harapan, Warga Tuntut Jalan

SEJARAH baru telah ditulis. Delapan puluh tahun Indonesia merdeka, baru kali ini Dusun Mului, Desa Swan Slutung, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, merasakan sakralnya upacara bendera.

Kepala adat, Jidan, tak bisa menyembunyikan harunya. “Kami sangat bangga. Terima kasih kepada Pertamina yang sudah hadir. Semoga semakin jaya, semakin sukses, untuk rakyat Indonesia, termasuk untuk orang Mului juga,” ucapnya dengan nada bergetar.

Namun di balik rasa haru itu terselip kenyataan pahit. Akses menuju Dusun Mului sebenarnya hanya sekitar 12 kilometer dari jalan utama, tetapi kondisinya rusak parah. Lumpur, kubangan, dan semak membuat perjalanan bisa memakan waktu lebih dari dua jam. “Kondisinya jauh lebih buruk dibanding tahun lalu. Harapan kami, setelah upacara ini pemerintah bisa melihat langsung dan memperbaiki jalan,” harap Jidan.

Pertamina menyerahkan bola dan perlengkapan kepada pemuda desa.
Warga dan tamu undangan menundukkan kepala khidmat berdoa.

Kata-kata Jidan seakan bersambut dengan pesan yang dibawa Pertamina. Alexander Susilo, Executive General Manager Regional Kalimantan, menegaskan bahwa kehadiran mereka membawa makna lebih dari sekadar upacara formal. “Dusun Mului tidak sendirian. Kehadiran kami di momen HUT RI ke-80 ini adalah simbol kebersamaan. Kami berharap momentum ini membuka jalan bagi perhatian lebih besar dari pemerintah pusat maupun daerah,” ujarnya.

Baca Juga:   Geger Kasus Royalti Lagu, Banyak Kafe di Kaltim Matikan Musik

Selepas upacara, wajah-wajah warga tampak lega. Anak-anak pulang dengan hadiah sederhana di tangan. Orang tua membawa sembako, sementara sebagian warga lainnya antre untuk pemeriksaan kesehatan.

Tenaga medis memeriksa kesehatan warga desa.
Warga mengikuti pengobatan massal.
Mendampingi anak-anak bermain dan belajar.

Semua itu berharga, tapi kebutuhan yang paling mendesak tetap perbaikan infrastruktur. Tanpa akses yang layak, bantuan sosial hanya akan datang sesekali. Dengan jalan yang baik, warga bisa membuka sendiri akses menuju kesehatan, pendidikan, dan pasar.

Pertamina sudah membuka pintu, menunjukkan komitmen lewat beragam aksi sosial—mulai dari santunan anak yatim, ekspedisi sosial ke pedalaman, program konservasi laut, hingga membawa Merah Putih berkibar di jantung hutan Mului. Tetapi pekerjaan sesungguhnya ada di tangan pemerintah. Tanpa perbaikan akses, kemerdekaan di Mului hanya akan berhenti pada seremoni.

Bendera yang berkibar di pedalaman ini juga mengingatkan kita bahwa kemerdekaan bukan milik warga di kota besar saja. Bukan hanya untuk daerah yang mudah dijangkau. Kemerdekaan juga milik dusun-dusun terisolasi yang setia menjaga hutan untuk kita semua. Semoga perayaan 17 Agustus 2025 di Mului menjadi awal perhatian nyata negara, bukan sekadar upacara perdana yang hilang tanpa jejak. (habis)

Baca Juga:   Melawan Zona Nyaman: Visi dan Aksi Neni Moerniaeni Bangun Bontang

Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.

BERITA POPULER