LAMA saya penasaran dengan suasana malam di kawasan Kampung Selambai setelah direnovasi dan dibangun jembatan beton. Selasa malam (12/8), saya akhirnya berkesempatan melihat langsung dan berjalan berkeliling.
Bersama istri, saya menuju pesisir Loktuan. Lampu jalan di jalur menuju Masjid Terapung Darul Irsyad Al Muhajirin menyala merata. Meski tidak terlalu terang, pencahayaan ini cukup untuk pejalan kaki maupun kendaraan. Mobil saya parkir di depan masjid.
Dari titik ini, akses ke kampung kini jauh lebih mudah. Pengunjung akan melintasi jembatan kayu ulin yang membentang di atas laut, menghubungkan area masjid dengan sisi awal permukiman. Dengan adanya jembatan kayu ini, tidak perlu lagi memutar melewati gapura utama. Jalur kemudian tersambung ke jembatan beton yang rampung pada 2024 dengan dana APBN sekitar Rp21 miliar. Jembatan ini membentang panjang mengitari kampung, dilengkapi pedestrian lebar dan rapi. Sebelumnya, akses hanya melalui jalur kayu sempit yang rawan licin.


Sepanjang jalur, deretan rumah panggung nelayan tampak di sisi laut. Di dermaga, perahu nelayan terikat, sebagian baru saja sandar. Pujasera yang dulunya tidak tertata kini lebih rapi, dengan lapak makanan tertata meski malam itu belum ramai pengunjung. Tidak jauh dari sini, terdapat area ikonik dengan patung burung bangau putih di atas replika bunga teratai oranye-putih. Di belakangnya terpampang tulisan besar SELAMBAI berwarna merah menyala. Area ini memiliki pedestrian lebar, pot tanaman hias, dan bangku beton, dengan pencahayaan terang yang nyaman untuk bersantai atau berfoto di malam hari.
Bergerak sedikit lebih jauh, saya menemukan papan nama besar SELAMBAI di tepi pedestrian. Huruf kapital biru dilengkapi pencahayaan LED, dengan tulisan KAMPUNG NELAYAN berwarna kuning di bawahnya. Di sisi kiri terdapat logo Kementerian PUPR, sementara di kanan terpasang rambu larangan membuang sampah ke laut. Dari titik ini, jalur pedestrian memanjang ke arah masjid dengan lampu LED putih yang berjajar rapi. Kubah emas masjid terapung terlihat jelas dari kejauhan, menandakan akses kawasan kini tertata jauh lebih baik.
Pembangunan jembatan ini tidak hanya mempermudah akses, tetapi juga menjadi bagian dari penataan kawasan secara menyeluruh. Gapura yang dibangun PKT pada 2021, masjid terapung yang diresmikan pada 2022, serta penataan pujasera yang berpotensi menjadi daya tarik wisata pesisir.


Tak bisa dimungkiri, keberhasilan pembangunan ini juga tidak lepas dari peran tokoh yang lahir dan besar di wilayah ini. Salah satunya adalah Anggota DPRD Bontang, Faisal, yang tinggal di sini. Pada periode sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD dan memanfaatkan posisinya untuk melobi pemerintah pusat agar mengucurkan anggaran bagi perbaikan dan penataan kampung.
“Alhamdulillah, saya bisa memperjuangkan ini. Dengan adanya jembatan ini, akses masuk ke Selambai jadi lebih mudah. Harapannya, akan semakin banyak orang yang tertarik berkunjung,” ujar politisi asal Nasdem ini.
Faisal menegaskan, bahwa kawasan ini diarahkan menjadi salah satu kampung tujuan wisata, baik bagi warga Bontang maupun luar kota. Ia juga berkomitmen terus memperjuangkan penambahan fasilitas pendukung agar kawasan semakin menarik. “Masyarakat harus memanfaatkan fasilitas ini dengan baik dan ikut menjaga. Jangan sampai ada yang merusak, karena jembatan ini bisa bertahan lama kalau dirawat,” harapnya.

Ia menambahkan, jembatan ini hanya untuk pejalan kaki dan pengendara motor. Mobil dilarang melintas kecuali dalam keadaan darurat. “Warga lebih senang jembatan ini digunakan untuk aktivitas harian seperti jogging,” ucapnya.
Faisal juga mendorong pembenahan dan penataan ulang pujasera agar penataan kawasan berjalan menyeluruh. Menurutnya, keberhasilan penataan bergantung pada pemeliharaan fasilitas dan keterlibatan warga. Kebersihan harus dijaga, keteraturan dipertahankan, dan manfaat ekonomi dirasakan langsung oleh masyarakat.
Pengamatan saya malam itu menunjukkan, kawasan ini telah siap menjadi destinasi wisata sekaligus ruang aktivitas bagi warga. (*)
Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.